a.
Hakikat Metode Inkuiri
Inkuiri (penemuan) merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Hal ini
diungkapkan oleh Wina (2008:196) bahwa ”metode inkuiri didasari oleh teori
belajar konstruktivistik, dimana pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari
dan ditemukan sendiri oleh siswa”. Hal senada juga diungkapkan oleh Kunandar
(2007:309) yang menyatakan bahwa ”pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri”. Dengan demikian, dalam proses perencanan guru bukanlah mempersiapkan
sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Menurut Suryosubroto (2002:192) ”metode inkuiri adalah
suatu metode dimana dalam proses pembelajaran guru memperkenankan siswanya
menemukan sendiri informasi yang secara konvensional biasa diberitahukan atau
diceramahkan saja”. Selanjutnya Nafilah juga menjelaskan (2009:2) ”metode
inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan informasi dengan aktif tanpa bantuan guru”. Ini berarti, metode
inkuiri merupakan serangkaian proses pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri untuk mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan
guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap
kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Ada beberapa hal yang menjadi
ciri utama metode pembelajaran inkuiri seperti yang diungkapkan oleh Wina (2008:196)
di bawah ini:
1)
metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan, 2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), dan 3)
tujuan dari metode inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental.
Menurut Suparna (2008:2) walaupun
dalam prakteknya metode pembelajaran inkuiri sangat beragam, namun ada 5
komponen umum yang harus diperhatikan guru yaitu Question, Student
Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of
Resources. Penjelasan masing-masing komponen tersebut peneliti uraikan
seperti di bawah ini:
1) Question
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka
yang memancing rasa ingin tahu siswa atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan
dipecahkan. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti
yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini sesuai dengan Taxonomy
Bloom siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi,
sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan
inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat
atau dikonstruksi.
2)
Student
Engangement
Dalam metode
inkuiri keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan, sedangkan peran
guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban
pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku,
melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan
pemahaman terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah
investigasi.
3)
Cooperative
Interaction
Siswa diminta untuk berkomunikasi,
bekerja berpasangan atau dalam kelompok mendiskusikan berbagai gagasan.
Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang
diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk dan mungkin saja semua jawaban
benar.
4)
Performance
Evaluation
Dalam menjawab permasalahan,
biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk
produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan
lain-lain. Melalui
produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
5)
Variety of Resources
Penggunaan metode inkuiri dalam
proses pembelajaran menuntut tersedianya sumber belajar yang bervariasi. Siswa
dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar seperti buku teks, website,
televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
Berdasarkan
pendapat di atas, jelaslah bahwa dalam menggunakan metode inkuiri seorang guru
terlebih dahulu harus mengajukan pertanyaan atau permasalahan yang akan
dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, siswa dituntut agar terlibat aktif belajar
dan berkomunikasi dalam kelompok untuk membuat suatu produk atau laporan hasil
penemuan dengan menggunakan berbagai sumber belajar dan alat peraga.
b. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri
1)
Keunggulan Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan metode yang banyak dianjurkan
karena memiliki beberapa keunggulan. Dalam hal ini Nafilah (2008:3) mengemukakan beberapa keunggulan
metode inkuiri yaitu:
a)
menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh siswa sendiri, b) membuat
konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya, c)
memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas penyediaan dan
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa, dan d)
penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat
sulit melupakannya.
Selanjutnya, Suryosubroto (2002:200-201) juga menjelaskan
keunggulan metode inkuiri, yaitu:
a)
dapat membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
keterampilan dan proses kognitif, karena kekuatan dari proses penemuan datang
dari usaha untuk menemukan sehingga siswa belajar bagaimana belajar itu, b)
pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi sifatnya dan merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh, c) dapat membangkitkan gairah siswa untuk
belajar, d) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri, e) dapat menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara
belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar,
f) dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada
diri sendiri melalui proses-proses penemuan, g) berpusat pada siswa, dan h)
membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan
kebenaran akhir dan mutlak.
Selain
dua pendapat di atas, Wina (2008:208) juga menyebutkan bahwa keunggulan metode
inkuiri adalah:
a)
merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran lebih bermakna, b) dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka,
c) sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang mengaanggap belajar
sebagai proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, dan d) dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata sehingga mereka tidak
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa metode inkuiri yang merupakan
inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual sangat bermanfaat
diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di SD. Metode inkuiri mampu
mengembangkan proses mental dan proses berpikir siswa. Dengan memanfaatkan
segala potensi yang ada pada siswa secara maksimal, belajar bukan lagi sekedar
proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan
yang diperoleh bermakna untuk diri siswa melalui keterampilan berpikir.
Akhirnya, tugas dan peran guru bukan lagi sekedar mengajar dan mentransfer ilmu
kepada siswa, tapi juga sebagai fasilitator dan pengarah proses pembelajaran
agar bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
2) Kelemahan Metode Inkuiri
Metode
inkuiri di samping memiliki keunggulan, juga mempunyai beberapa kelemahan. Seperti
yang diungkapkan oleh Suryosubroto
(2002:201-202), kelemahan metode inkuiri adalah:
a)
disyaratkan harus ada kesiapan mental untuk belajar sehingga siswa yang lebih
pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang lamban mungkin bingung dan
frustasi, b) kurang efektif untuk mengajar kelas besar, c) harapan yang
diharapkan mungkin dapat mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan
pembelajaran konvensional, d) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide
tidak tersedia secara lengkap, dan e) tidak akan memberi kesempatan untuk
berfikir kreatif kalau pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih
dahulu oleh guru
Selanjutnya,
kelemahan lain dari metode inkuiri juga diungkapkan oleh Wina (2008:208) yaitu:
a)
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, b) sulit merencanakan
pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, c) dalam
mengimplementasikannya kadang-kadang memerlukan waktu yang panjang sehingga
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, dan d) selama
kriteria belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa metode inkuiri menuntut
perubahan cara belajar yang selama ini berlangsung secara konvensional menjadi
cara belajar modern. Pembelajaran yang semula menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar beralih menjadi suatu pembelajaran yang
mengharuskan siswa aktif dan mampu menemukan sendiri informasi.
Namun
demikian, setiap metode pembelajaran juga memiliki beberapa kelemahan. Seperti
halnya metode inkuiri sendiri yang kemungkinan akan sulit diterapkan dalam kelas
yang jumlah siswanya besar. Akan tetapi,
guru sebagai pengelola pembelajaran hendaknya mampu untuk meminimalisir
berbagai macam kendala yang muncul dari penggunaan metode tersebut. Sehingga
metode inkuiri dapat diterapkan dengan baik sebagai salah satu metode yang
menekankan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri
Secara umum menurut Richard
(dalam Muhammad, 2004:87-88) langkah-langkah pelaksanaan metode inkuiri adalah
sebagai berikut:
1) identifikasi kebutuhan siswa, 2) seleksi pendahuluan
terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan
dipelajari, 3) seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas, 4) membantu
memperjelas tugas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa, 5) mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, 6) mencek
pemahaman siswa terhadap masalah dan tugas-tugas siswa yang akan dipecahkan, 7)
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, 8) membantu siswa
dengan informasi/ data jika diperlukan, 9) membantu analisis sendiri (self
analysis) dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses, 10) merangsang terjadinya interaksi antar siswa, 11)
memuji dan membesarkan siswa yang tergiat dalam proses penemuan, dan 12)
membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisaasi atas hasil
penemuan.
Selanjutnya, Kunandar
(2007:309-310) menyebutkan bahwa langkah-langkah pembelajaran menggunakan
metode inkuiri adalah:
1)
merumuskan masalah, 2) mengumpulkan data melalui observasi atau pengamatan, 3)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lainnya, 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru, atau audiens yang lain, dan 5)
mengevaluasi hasil temuan bersama.
Selain itu, menurut Oemar
(2003:221) metode inkuiri dapat juga dilaksankan dengan langkah- langkah
sebagai berikut yaitu:
1)
mengidentifikasi dan merumusakan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara
jelas, 2) mengajukan pertanyaan tentang fakta, 3) memformulasikan hipotesis
atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2, 4)
mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap
hipotesis dengan data yang terkumpul, dan 5) merumuskan jawaban atas pertanyaan
sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban
itu mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil
hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.
Melengkapi langkah-langkah di
atas, Nurhadi (2003:43-44) menyatakan bahwa kegiatan inkuiri merupakan sebuah
siklus. Siklus
tersebut terdiri atas: 1) observasi (observation), 2) bertanya (questioning),
3) mengajukan dugaan (hypothesis), 4) pengumpulan data (data
gathering), 5) penganalisaan data (data analysis), dan penyimpulan (conclusion).
Untuk lebih jelasnya, siklus di atas dapat digambarkan seperti bagan di
bawah ini:
Bagan 2.2 Proses/ Siklus inkuiri
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.gif)
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif)
Gathering
information
Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan metode inkuiri ada 6,
yaitu:
1) Orientasi, adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif agar siswa siap untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain: a) menjelaskan topik,
tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, b)
menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai
tujuan mulai dari merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan, dan
c) menjelaskan pentingnya topik dalam rangka memberikan motivasi belajar kepada
siswa.
2) Merumuskan masalah, adalah langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Teka-teki yang menjadi masalah dalam
berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari
dan ditemukan.
3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
siswa adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4) Mengumpulkan data, adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Menguji hipotesis, adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional, artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru menunjukkan kepada siswa data mana yang
relevan.
DAFTAR RUJUKAN
Suryosubroto.
2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nafilah. 2008. Strategi dan Inovasi Pembelajaran Siswa SD. (online). http://nafilah.multiply.cosm/journal/item/26/ (diakses
tanggal 5 Maret 2009).
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhammad Ali. 2004. Guru dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: sinar baru Algesindo.
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual
(Contectual Teaching Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
UM Press.
Oemar
Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
_____________. 2003. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta. Bumi Aksara.
Artikel Terkait:
0 komentar: